0

NGN

Gambar konfigurasi jaringan yang menggambarkan implementasi arsitektur Softswitch, yang mengakomodasi jaringan PSTN eksisting baik koneksi melalui sentral maupun langsung ke telepon analog atau dengan xDSL disertai fungsi tiap elemen jaringan berikut nama protokol yang digunakan antara dua elemen.

Arsitektur Jaringan Softswitch
















Fungsi dasar dari masing-masing elemen jaringan tersebut adalah:

1. Softswitch atau Call Agent (CA) atau Media Gateway Controller (MGC) adalah elemen utama jaringan NGN yang berfungsi untuk mengontrol semua sesi layanan dan mengatur interaksi elemen-elemen jaringan lain seperti media gateway, signalling gateway, operation support system (OSS) dan application / feature servers.
2. Signalling Gateway adalah elemen jaringan yang berfungsi sebagai interface pensinyalan
dari jaringan softswitch ke SS 7 PSTN atau PLN.

3. Media Gateway adalah elemen jaringan yang berfungsi sebagai elemen transport untuk merutekan trafik dalam jaringan softswitch dan juga mengirim atau menerima trafik dari jaringan lain yang berbeda seperti PSTN, PLMN, dan jaringan akses pelanggan.

4. Application server adalah elemen jaringan yang menyediakan aplikasi tambahan di luar fitur teleponi yang membutuhkan server tersendiri, misalnya voice mail, prepaid call, fixed sms, voice VPN ,dll.
5. OSS/NMS adalah elemen jaringan yang berfungsi untuk mendukung operasi dan
pemeliharaan jaringan, seperti manajemen jaringan, provisioning, billing, monitoring,
statistik,dll


Gambar Arsitektur NGN



Fungsi -fungsi elemen dalam arsitektur NGN

1. Fungsi Lapisan Transport (Transport Stratum Function)
Fungsi transport, terdiri dari fungsi jaringan akses, fungsi tepi (edge), fungsi transport inti, fungsi gateway, fungsi media handling.
Fungsi control transport, terdiri dari Resource and admission control function (RACF), Network attachment control function, Transport user profile function.
2. Fungsi lapisan service (Service Stratum Function)
Terdiri dari Service control function, Application / service support function, Service user profile function.
3. Fungsi end-user
Berfungsi sebagai End-user equipment bisa fixed/mobile, kategori berbeda dari end-user equipment mensupport NGN, dari single-line legacy telephones ke complex corporate networks.
4. Fungsi management
Berfungsi Me-manage NGN yang bertujuan untuk menyediakan layanan NGN dengan kualitas, security dan reliability yang diharapkan, Menggunakan NGN service dan transport strata, dimana tiap strata mencakup manajemen kesalahan, manajemen kofigurasi, manajemen akunting, termasuk fungsi billing dan charging, manajemen performansi dan manajemen keamanan.


Gambar Functional Plane

Functional plane menggambarkan secara garis besar perbedaan diantara functional entitas dalam sebuah Voice over IP (VoIP) network. Ada 4 functional plane yang menggambarkan fungsi sebuah end to end VoIP network, yaitu: transport, call control dan signaling, service dan application, dan management.

Arsitektur Fungsional entity

Transport plane bertanggung jawab dalam pengangkutan pesan yang berada diseberang VoIP network. Pesan ini ditujukan untuk call signaling, call dan media setup. Yang mendasari mekanisme transport untuk pesan ini adalah beberapa teknologi yang memenuhi syarat untuk tipe trafik.
Transport plane juga menyediakan akses untuk signaling dan media dengan jaringan luar, atau terminal untuk VoIP network. Seringkali perangkat dan fungsi transport plane mengontrol fungsi didalam call control dan signaling plane.
Transport plane dibagi menjadi 3 domain,yaitu: IP Transport domain, Interworking Domain dan Non-IP Access Domain.

mekanisme flow chart untuk class 4 dan class 5 untuk PSTN over IP

class 4


class 5


Protocol stack untuk ss7, megaco dan sigtran
SS7     : TUP, ISUP, INAP, MAP/IS41, OMAP, SCCP, MTP3, MTP2, MTP1
Sigtran : TCAP, SCCP, ISUP, SUA, MTP3, ISDN, M2U2, M3UA, M2PA,IUA, MTP2,
SCTP,MTP1,IP,T1/E1,ETHERNET
MEGACO : USER(MG/MGC), APPL, USER ENGINE (DECODE/ENCODE), CONN, MSG,TRANSPORT (TCP/UDF
/ERLANG)

Penjelasan istilah-istilah berikut:
SCCP = Signaling Connection Control Part
TCAP = Transaction Capability Application Part
INAP = Intelligent Network Application Part
TUP = Telephone User Part
DUP = Data User Part
MAP = Mobile Application Part
ISUP = ISDN User Part
SCTP = Stream Control Transmission Protocol
SUA = SCCP-User Adaptation Layer
M3UA = MTP Layer 3 User Adaption

Gambar komponen-komponen yang terdapat dalam protocol voip SIP


Gambar komponen-komponen yang terdapat dalam protocol voip H.323



Cara kerja Signaling Gateway antara SS7 dengan Sigtran adalah:
1. Mengenkapsulasi dan transport protokol pensinyalan PSTN (contoh : SS7) menggunakan
SIGTRAN untuk MGC-F atau SG-F lainnya.
2. Untuk jaringan mobile, mengenkapsulasi dan transport protokol pensinyalan PSTN /
PLMN (contoh: SS7) menggunakan SIGTRAN ke MGC-F atau SG-F lainnya.
3. Satu SG-F dapat melayani bermacam-macam MGC-F.
4. Dapat digunakan pada protokol yang meliputi: SIGTRAN, SUA, dan M3UA over SCTP.

Hal – hal yang perlu direncanakan untuk infrastruktur NGN di Indonesia
1. Pada layer Transprot Backbone menggunakan Core Router/Network, Transmisi Backbone.
2. Pada layer Transprot Regional menggunakan Metro Ethernet.
3. Pada layer Access Network menggunakan MSAN/AGW, GEPON/FTTx
0

TUGAS MATAKULIAH JARINGAN MASA DEPAN

1. Megaco

Media Gateway Controller merupakan bagian dari Media Gateway Control Protocol yang bergfungsi untuk mengontrol media gateway di dalam jaringan berbasis paket maupun berbasis circuit seperti PSTN (Public Switched Telephone Network).

Protokol megaco merupakan gabungan dari IETF (Internet Engineering Task Force)
dan study grup 16 ITU -T

Megaco dapat berhubungan dengan protokol siganaling lainnya seperti SS7, H.323, dan SIP.


2. Algoritma circuit switch

Setidaknya ada 2 metode yang digunakan sebagai dasar algoritma dalam circuit switch, yaitu:
1. Algoritma Bellam Ford
2. Algoritma Djikstra

Algoritma Bellman Ford, mengutamakan waktu delay yang telah terestimasi sebagai kriteria performansi yang akan dilihat. Algoritma Bellman-Ford menghitung jarak terpendek (dari satu sumber) pada sebuah diagrag yang berbobot. Artinya dari satu sumber algoritma ini akan menghitung semua jarak terpendek yang berawal dari satu titik node.

Algoritma ini akan mengupdate table routing berdasarkan info yang datang, jadi ketika jika ada route dengan data cost path yang lebih kecil, maka informasi jalur tabel yang ia punya, akan dihapus.


Algoritma Djikstra menggunakan metode yaitu mencari jalur terpendek dari yang telah diberikan node sumber untuk kesemua node, dengan menambahkan jalur secara berurut dari panjang jalur yang bertambah

3. Posisi time slot saat melakukan conference

Conference atau dalam bahasa Indonesia lebih populer disebut telekonfrence adalah aktivitas komunikasi real time dimana kedua pihak dapat saling bertukar informasi dalam video dan suara sekaligus.

Teleconfrence membutuhkan bandwith yang besar, sehingga harus ada pengaturan timing yang tepat.
Maka dari itu dibutuhkan sistem timing yang benar-benar dapat terjaga. Artinya posisi time slot saat melakukan conference berada di awal, karena untuk melakukan time slot perlu identifikasi awal terlebih dahulu, atau adanya reservasi

4. RSVP dan Bandwith Shapping

RSVP merupakan protokol pemesanan resource yang dipakai untuk integrated service.
Protokol RSVP dipakai oleh host untuk meminta QoS dari jaringan untuk dipakai oleh aplikasi tertentu.

Bandwidth Shaping adalah proses manipulasi, pengaturan,
atau pengontrolan (shaping) bagian dari sebuah koneksi jaringan ke arah dunia luar dan memutuskan pemakaian bandwidth yang diperbolehkan berdasarkan aktivitasnya.

Bandwith shapping biasa digunakan oleh ISP (Intener Service Provider) untuk memanajemen bandwith
yang disediakan untuk user. Bandwith Shapping adalah salah satu dasar dari bandwith management

5. PLMN (Public land mobile network) = circuit switch?

PLMN adalah jaringan untuk komunikasi bergerak yang berbasis circuit switch. Tiap PLMN diidentifikasi oleh Mobile Country Code (MCC) dan Mobile Network Code (MNC).
Saat ini, PLMN tidak hanya digunakan untuk komunikasi suara tapi juga dapat melayani komunikasi data
0

IMPLEMENTASI LTE DI INDONESIA

LTE adalah pintu masuk untuk beragam layanan menarik. Sebut saja Voice Over IP, Multi-User Gaming Over IP, High Definition Video On Demand dan Live TV. Kecepatan akses yang ditawarkan secara otomatis juga akan mampu mengoptimalkan layanan-layanan yang sudah ada seperti e-mail, internet browsing, dan MMS. diyakini LTE mampu menghadirkan seluruh layanan yang ada di internet ke dalam sebuah perangkat mobile. Terlebih, LTE menjanjikan low latency yang sangat penting untuk layanan-layanan real time yang memang alergi terhadap delay.
LTE akan sangat meningkatkan pengalaman konsumen untuk aplikasi-aplikasi data layanan bergerak dengan waktu respon yang lebih cepat dan throughput yang lebih baik—latency turun menjadi 10-20 ms dan kecepatan puncak mencapai 173/58 Mbps (downlink/uplink). LTE mendukung akses layanan mobile broadband untuk berbagai aplikasi seperti browsing, email, tukar menukar video, download music dan banyak aplikasi lainnya untuk merespon dengan cepat tanpa penundaan
Sejumlah operator seluler menyatakan siap mengimplementasikan LTE dalam waktu dekat. Sedikitnya ada lima raksasa operator yang berencana mengimplementasikannya. Mereka adalah China Mobile, Vodafone, T-Mobile, dan AT&T, dan Verizone Wireless. LTE cocok untuk digunakan oleh operator GSM yang memiliki layanan 3G.
Di Indonesia, salah satu operator yang mulai menerapkan teknologi LTE adalah telkomsel. Ada beberapa alasan mengapa operator terbesar di Indonesia ini memilih LTE dibandingkan pesaingnya WiMax. Implementasi Wimax membutuhkan perubahan besar-besaran pada infrastruktur operator GSM. Disamping itu, perfoma WiMaX ternyata “menipu”. Dalam trialnya performa Wimax memang mencapai 50 Mbps namun dalam prakteknya akan berubah drastis hingga 9 Mbps saja. Dari investasi, LTE akan tiga kali lebih murah dari pada WiMax. Hal ini disampaikan oleh Joseph Garo, Vice President Technology and Business Incubations Telkomsel. LTE ini ditargetkan akan mulai diterapkan pada 2010 nanti

Nokia Siapkan Ponsel 4G
Raksasa vendor ponsel asal Finlandia, Nokia, telah menyiapkan LTE (long term evolution) sebagai layanan 4G yang diadopsi. Vendor ponsel terbesar dunia itu, kini tengah menggodok sejumlah perangkat ponselnya yang berbasis LTE untuk diluncurkan pada 2010.
Hal itu disampaikan senior manager of technology marketing Nokia James Harper pada pertemuan Portable Computer and Commnications Association di San Francisco beberapa waktu lalu.
“LTE adalah teknologi yang kami pilih sebagai pendukung perangkat mobile broadband Nokia karena teknologi ini cocok dengan infrastruktur jaringan 3G yang sudah dibangun oleh para operator selular saat ini,” kata Harper, dikutip dari situs InformationWeek.
Menurut Harper, banyak operator selular yang telah memilih LTE sebagai jaringan 4G mereka, karena secara teori teknologi ini mampu menyuguhkan kecepatan download hingga 100 Mbps.
Tentu saja, Harper melanjutkan, hal itu memungkinkan para operator untuk menawarkan video streaming berdefinisi tinggi (HD) yang hingga kini tak mungkin dilakukan melalui jaringan 3G.
“Walau pada prakteknya nanti mungkin tak akan sampai 100 Mbps, saya yakin LTE tetap menjadi teknologi pendukung layanan data mobile yang tercepat,” ujarnya.
Tak hanya mengembangkan ponsel yang mendukung teknologi 4G, Nokia kini juga sedang serius menggarap untuk terjun ke pasar laptop. Kemungkinan besar, dalam laptop besutannya nanti Nokia juga akan menyediakan perangkat pendukung LTE.
Di lain sisi, ClearWire, Google, Sprint, dan Intel telah mengusung WiMax sebagai teknologi pilihan dalam menyuguhkan 4G. Meskipun secara teori, kecepatan WiMax lebih rendah dibandingkan LTE, saat ini jaringan milik ClearWire telah berjalan baik di Baltimore dan Portland Amerika Serikat.
Namun, Nokia tetap optimistis LTE memiliki potensi lebih besar untuk mendominasi pangsa 4G ketimbang WiMax. “WiMax memang memiliki tempat tersendiri di dalam pasar, tetapi kami yakin porsinya kecil dan tersegmentasikan,” kata Harper. (http://on-blitz.com/index.php/2009/03/nokia-siapkan-ponsel-4g-dan-menggarap-laptop/)

NSN Bantu Telkomsel Menuju LTE
Nokia Siemens Networks (NSN) membantu Telkomsel meningkatkan kapasitas mobile broadband dengan Direct Tunnel. Langkah ini tidak hanya meningkatkan kualitas layanan wireless broadband, tetapi sekaligus menyiapkan pondasi menuju jaringan berbasis Internet protocol (IP based) dan teknologi generasi keempat (4G) long term evolution (LTE).
“Implementasi Direct Tunnel Telkomsel menegaskan kepemimpinan NSN. Keberhasilan implementasi solusi Direct Tunner kami berarti konektivitas 3G/HSDPA yang jauh lebih baik bagi para pelanggan Telkomsel,” kata Kepala perwakilan NSN Indonesia Arjun Trivedi dalam siaran pers, Kamis (12/2).
Nokia Siemens Networks adalah pemimpin inovasi dalam solusi inti paket dengan Direct Tunnel. Direct Tunnel adalah langkah penting menuju flat architecture LTE. LTE adalah teknologi yang memungkinkan akses internet nirkabel berkecepatan hingga 100 megabit per detik (Mbps). Saat ini, NSN memiliki lebih dari 45 proyek pemasangan Direct Tunnel dan 15 di antaranya sudah digunakan secara komersial.
Sementara itu, Vice President Service Layer Engineering Telkomsel M Mustaghfirin mengatakan, basis pelanggan 3G/HSDPA Telkomsel merupakan salah satu yang terbesar di dunia. Posisi ini menempatkan Telkomsel sebagai 10 operator 3G terbesar di dunia.
“Untuk memberikan data akses dengan kualitas terbaik bagi para pelanggan 3G/HSDPA yang jumlahnya terus meningkat, kami memerlukan solusi yang membantu peningkatan kapasitas jaringan dengan cepat tanpa menghabiskan banyak biaya untuk pengembangan infrastruktur baru,” kata Mustaghfirin.
Untuk mencapai hal tersebut, General Manager Value Added Servicer (VAS) & Datacomm Engineering Telkomsel Iva C. Purnama menambahkan, tim teknik Telkomsel dan NSN berkolaborasi meningkatkan jaringan Telkomsel yang ada dengan Direct Tunner. “Solusi Direct Tunnel dari NSN memungkinkan kami menyederhanakan transfer data 3G/HSDPA dan menghilangkan bottleneck serta meningkatkan kapasitas jaringan secara fleksibel dan hemat biaya,” kata Ivan.
Telkomsel telah mengimplementasikan Direct Tunnel di kawasan Jabodetabek dan solusi ini berjalan dengan sukses. Pemasangan jaringan berkecepatan tinggi secara luas tengah dilakukan, sehingga dalam waktu dekat Direct Tunnel sudah mencakup seluruh Pulau Jawa. (http://chazwan.blogspot.com/2009/02/nsn-bantu-telkomsel-menuju-lte.html)

Beberapa bulan lalu, teknologi WiMAX gencar dibicarakan oleh pengamat dan praktisi teknologi di Indonesia. WiMAX dianggap efisien secara biaya dan mampu menghadirkan solusi akses data berkecepatan tinggi. Tak ayal WiMAX menjadi rebutan provider jaringan, mulai dari industri seluler hingga penyedia akses internet. Kita tidak perlu terburu-buru mengimplementasikan teknologi yang memang belum matang. Apalagi, kita dihadapkan pada beberapa pilihan teknologi telekomunikasi generasi keempat. Sebut saja UMB (Ultra Mobile Broadband) dan LTE (long Term Evolution). Teknologi yang mungkin saja lebih cocok diimplementasikan di Indonesia.
Mengenai implementasi teknologi generasi keempat di Indonesia, Hasnul Suhaimi, Presiden Direktur XL, menyatakan ketertarikannya pada LTE. Menurutnya, LTE cocok untuk jaringan 3G dan HSDPA XL. “Investasi yang dikeluarkan jauh lebih murah dibandingkan Wimax yang notabene harus mengeluarkan investasi untuk membangun perangkat jaringan baru”, jelas Hasnul di sela-sela acara XL Outlook 2008 yang diselenggarakan di Hotel Sheraton Senggigi, Mataram.
Bagi XL dan beberapa operator berbasis GSM lainnya, mengimplementasikan LTE bisa jadi pilihan bijak. Mengingat LTE dikembangkan oleh 3GPP (Third Generation Partnership Project), group yang juga mengembangkan teknologi GSM dan HSDPA. Apalagi, LTE menawarkan proses migrasi secara seamless untuk jaringan GSM, WCDMA atau bahkan CDMA. “Dari sisi BTS, LTE bisa diintegrasikan secara seamless ke dalam kabinet untuk selanjutnya menggunakan aset yang sudah ada. Sebut saja catu daya, perangkat transmisi, dan aset RF,” jelas Philippe Poggianti, Director LTE Business Development Asia Alcatel-Lucent.
Dari sisi teknologi, LTE hadir dengan teknologi terkini, baik dari sisi transmisi, antena maupun jaringan inti berbasis IP. Mirip-mirip sih dengan teknologi milik WiMAX ataupun UMB. Untuk transmisi misalnya, LTE menggunakan teknologi OFDMA (Orthogonal Frequency Division Multiple Access) untuk downlink. Sedangkan untuk uplink, LTE menggunakan SC-FDMA (Single Carrier Frequency Division Multiple Access), teknologi yang dipercaya lebih efisien dalam hal penggunaan energi.
Sementara untuk antena, LTE menggunakan konsep MIMO (Multiple Input Multiple Output) yang memungkinkan antena untuk melewatkan data berkuran besar setelah sebelumnya dipecah dan dikirim secara terpisah. Selain tentu saja implementasi arsitektur berbasis IP di sisi jaringan inti. Inilah yang nantinya akan mengantarkan kita pada era Mobile IP.
Di sisi pengguna, LTE adalah pintu masuk untuk beragam layanan menarik. Sebut saja Voice Over IP, Multi-User Gaming Over IP, High Definition Video On Demand dan Live TV. Kecepatan akses yang ditawarkan secara otomatis juga akan mampu mengoptimalkan layanan-layanan yang sudah ada seperti e-mail, internet browsing, dan MMS. Kami bahkan berharap LTE mampu menghadirkan seluruh layanan yang ada di internet ke dalam sebuah perangkat mobile. Terlebih, LTE menjanjikan low latency yang sangat penting untuk layanan-layanan real time yang memang alergi terhadap delay. Wuih... kami membayangkan main game online dan mendapatkan kenikmatan yang sama seperti halnya main game secara offline. Asyik tuh pastinya.
Tapi, seperti halnya WiMAX, LTE juga masih menunggu regulasi yang jelas. Terutama dalam hal penggunaan frekuensi. Meskipun, 3GPP menjanjikan bahwa LTE bisa dioperasikan dihampir seluruh frekuensi yang distandarisasi 3GPP, mulai dari 2.5/2.6 GHz, 2.3 GHz, 2.1 GHz,1900 MHz,1800 MHz,1700/2100 MHz, 1500 MHz, 900 MHz, 850 MHz, 700 MHz, hingga 450 MHz. Tapi tetap saja, pemerintah perlu mengalokasikan frekuensi yang tepat untuk teknologi seperti LTE ataupun WiMAX. Jangan sampai alokasi frekuensi menjadi hambatan utama perkembangan teknologi di Indonesia.

Referensi :
techno.okezone.com
www.kabarindo.com
spasi.dagdigdug.com
telset-online.com

2

Arsitektur LTE

Dekade terakhir telah terlihat perubahan besar dalam tata cara orang berkomunikasi, mencari informasi dan hiburan. Perubahan ini terjadi karena kemajuan teknolgi seperti generasi Internet, dengan akses ke video dari berita, update cepat di pasar global, kemampuan untuk dengan mudah mengirim dokumen bisnis, dan berkomunikasi langsung dengan teman-teman baik dekat dan jauh. Orang orang menganggap ini pengalaman kedua mereka di meja dan pada saat pergi, sehingga menimbulkan mobile internet. Pusat ke Internet ponsel telah deployments dari operator jaringan broadband. Seperti jaringan terus berkembang, dari 2G ke 3G, dan sekarang dengan persiapan untuk jaringan 4G, terutama Long Term Evolution.

Selama dua decade, telah terjadi dua standar berbasisteknologi komunikasi mobile, yaitu 3GPP berbasis teknologi (GSM / UMTS) dan 3GPP2 (CDMA). Ditunjuk sebagai 4G, atau mobile generasi keempat, LTE dirancang untuk menyediakan multi-megabit data harga, lebih efisien penggunaan jaringan radio, dan pengurangan latency ditingkatkan mobilitas. Kombonasi ini bertujuan untuk meningkatkan interaksi dengan pengguna jaringan. Selain itu, LTE berevolusi untuk transisi ke flat, all-IP jaringan dengan arsitektur sederhana dan terbuka. Ini adalah persyaratan yang yang ditetapkan oleh Sistem Architecture Evolution (SAE).

Sementara GSM / UMTS berbasis operator memiliki alam evolusi ke LTE, banyak berbasis CDMA operator selular juga telah memutuskan untuk berkembang ke LTE. Perubahan dalam komunikasi mobile yang secara tradisional telah evolusioner, dan deployment dari LTE akan sama. Peralihan untuk operator CDMA dari High Rate Paket Data (HRPD) untuk LTE akan memerlukan waktu yang lama. Akibatnya, operator selular harus mencari jalur migrasi yang akan meningkatkan HRPD jaringan yang sudah ada, sementara mengenai LTE deployment persyaratan tidak akan meminta forklift upgrade.

Pilihan jalur migrasi akan bergantung pada berbagai faktor, termasuk strategi akses radio, jaringan sumberdaya strategi, layanan, waktu dan biaya. Tujuan utama dari LTE adalah untuk meningkatkan layanan provisioning sementara, dan menyederhanakan interworking dengan non 3GPP. Hal ini sangat penting bagi operator CDMA yang memilih untuk migrasi ke LTE. Ada 3 jalur migrasi ke lTE untuk operator CDMA, yaitu :
-Overlay
Dalam pendekatan ini, jaringan LTE digunakan sebagai jaringan HRPD. Namun hal ini akan memakan biaya yang mahal, dan juga dengan overlay tersebut seorang pelanggan roaming dari HRPD jaringan ke LTE akan mengalami kehilangan kontinuitas IP sesi.
-UMTS
Sebuah operator opsional dapat bermigrasi ke UMTS dulu sebelum ke LTE, tetapi memerlukan penyebaran yang baru dan jaringan konversi dari semua pelanggan mereka untuk UMTS. Hal ini juga memerlukan biaya yang besar serta mahal dan masih kekurangan IP sesi kontinuitas antara HRPD dan UMTS.
-eHRPD
eHRPD merupakan metode yang memungkinkan operator untuk meningkatkan kemampuan mereka yang ada HRPD paket jaringan inti menggunakan elemen-elemen SAE/EPC arsitektur. Selain itu eHRPD memungkinkan untuk layanan mobilitas halus








CDMA upgrade part ke LTE

Mengapa eHRPD?

Standarisasi 3GPP yang telah evolusi dan interworking antara jaringan 3G UMTS, 4G LTE ke jaringan untuk non 3GPP mengakses jaringan yang menggunakan salah satu paket inti EPC (Enhanced Paket Core). Sejak operator CDMA memiliki komitmen untuk migrasi ke LTE, evolusi menjadi tantangan utama. Seperti saat ini ditetapkan standar HRPD dan LTE yang digunakan untuk mengakses jaringan tanpa overlay untuk layanan pelanggan. Untuk mengambangkan pasar yang luas, para operator menerapkan solusi untuk LTE dan HRPD untuk bekerjasama. Metode kerjasama yang diterapkan HRPD jaringan agar kompatibel dengan 3GPP EPC melalui langkah yang disebut eHRPD. eHRPD sebagai standar metode interworking beberapa akses jaringan (eHRPD, E-UTRAN) dibawah satu paket aktif jaringan ini.

Oleh karena itu jaringan yang telah ada HRPD ke eHRPD sebagai langkah pertama menuju SAE kemudian pengenalan LTE, operator CDMA yang dapat menyediakan migrasi bertahap. Operator CDMA yang dapat meng-upgrade paket jaringan ini ke EPC elemen tanpa overlay. Mobile operator mendapatkan fitur SAE plus manfaat yang dapat interwork yang eHRPD jaringan dengan jaringan LTE dengan satu paket inti. Pengenalan eHRPD memerlukan gateway yang digunakan untuk converged mobilitas HRPD antara menejemen dan LTE jaringan. HSGW yang menyediakan interworking antara HRPD mengakses node dan paket data jaringan gateway, yang merupakan unsur utama dari SAE EPC jaringan. Dalam beberapa kasus jaringan, yang ada PDSN dapat diintegrasikan dengan atau upgrade ke HSGW sementara HA yang ada dapat diintegrasikan dengan atau upgrade ke PGW (atau diberikan dengan node terpisah.












SAE using eHRPD

Sebagai operator CDMA berkembang ke LTE mereka akan mendapatkan keuntungan dari solusi yang dapat berkembang the existing HRPD core to SAE using eHRPD. HRPD inti yang ada untuk menggunakan SAE eHRPD. Setelah migrasi ke eHRPD selesai, sisanya adalah langkah yang digunakan LTE RAN (E-UTRAN) dan sisa EPC elemen. Sejak PGW selama ini digunakan untuk meng-upgrade eHRPD, langkah terakhir ke LTE dalam jaringan inti yang digunakan adalah Mobilitas Manajemen Entitas (mme) dan meningkatkan kemampuan yang ada HSGW ke SGW. Sejak eHRPD jaringan seamlessly bekerja dengan unsur-unsur baru LTE radio, LTE radio yang dapat deployments bertahap dalam beberapa waktu yang paling tepat dengan cara ekonomi.

Fungsionalitas inti dalam suatu multi-akses jaringan

Salah satu keunggulan utama dari eHRPD adalah kemampuan untuk menyediakan layanan mobilitas halus antara HRPD dan LTE akses jaringan dengan mobilitas satu manajemen protokol. Selain itu, dengan eHRPD, operator dapat pengumpilan manfaat optimal penyerahan no dropped sesi dikurangi dan penyerahan latency antara LTE dan eHRPD. Keuntungan halus dan mobilitas dioptimalkan untuk data sangat tergantung pada model bisnis operator untuk menambahkan layanan baru. Seperti aplikasi baru muncul, syarat mudah untuk layanan mobilitas menjadi lebih besar. Sejak SAE adalah segala IP jaringan infrastruktur, jaringan akan segera beralih ke ponsel VoIP untuk suara. Selain itu, dengan pengenalan eHRPD, operator dapat pengumpilan manfaat optimal intra eHRPD penyerahan bila pengguna HSGW menyeberangi batas-batas. Selain itu, keberadaan dan lokasi layanan yang muncul di pasar. Sebagian besar dari aplikasi ini membutuhkan layanan mobilitas halus untuk tetap bersemangat dengan pelanggan. Layanan tersebut meliputi: pesan cepat, push-to-talk, video, game dan perusahaan keamanan aplikasi seperti Virtual Private Networks (VPNs). Misalnya, tidak ada apa-apa yang lebih buruk daripada layanan berbasis lokasi yang terganggu karena adanya penyerahan yang baik memerlukan waktu terlalu lama untuk menyelesaikan atau hasil dalam perubahan alamat IP - Anda mungkin kehilangan hak berbelok.











Aplikasi mudah untuk migrasi

eHRPD menyediakan menjanjikan bertahap migrasi ke LTE memungkinkan kembali dari elemen yang ada di dalam jaringan 3G paket inti, interworking antara jaringan dan layanan yang halus untuk mobile pengalaman pelanggan. Berjalan satu paket inti infrastruktur juga akan mempermudah penyebaran dan manajemen jaringan dan akhirnya meningkatkan kinerja operator jaringan dan profitabilitas.

Referensi :
Terjemahan dari http://4g-wirelessevolution.tmcnet.com/topics/4g-wirelessevolution/articles/37366-evolution-options-from-cdma-lte-benefits-ehrpd.htm


LTE (Long Therm Evolution)


Apa itu LTE?
Berdasarkan sejarahnya LTE dikembangkan oleh 3GPP (Third Generation Partnership Project atau 3G berbasis GSM). Disisi lain 3GPP2 mengembangkan 3G berbasis CDMA. LTE akan menjadi evolusi dari jaringan GSM dan juga bagian dari roadmap standar 3GPP2, bukan evolusi dari CDMA. Sesuai dengan sifatnya sebagai 4G, LTE akan menjadi all IP-based network. LTE (Long Term Evolution) atau biasa juga disebut SAE (System Architecture Evolution) disebut-sebut sebagai generasi keempat (4G) yang akan menggeser kemampuan 3G. Dalam akses data, LTE jauh melebihi generasi-generasi sebelumnya, bahkan standar spesifikasi kecepatan datanya sampai 100 Mbps pada arah downlink. Diperkirakan siap digelar sekitar 2010-an, LTE akan mampu membawa aplikasi-aplikasi yang menarik seperti TV interaktif dan game tingkat advance. Karena LTE mendukung kemampuan handover dan roaming ke jaringan bergerak eksisting maka cakupan yang melayani perangkat pelanggan menjadi ubiquitous. Banyak keunggulan yang ditawarkan oleh teknologi LTE ini, diantaranya penggunaan spektrum yang fleksibel, peningkatan kapasitas, latensi yang rendah, biaya operasional yang lebih rendah, dan memiliki performansi yang tinggi.

LTE merupakan standar terbaru di mobile network technology GSM / EDGE and UMTS / HSDPA, dimana jaringan teknologi mobile teknologi yang sekarang bekerja dengan lebih dari 85% dari seluruh pelanggan selular akan memastikan dari 3GPP akan terjadi kompetisi dengan berbagai teknologi selular lainnya. Para pencetus LTE mulai memikirkan perubahan besar dengan melihat teknologi baru pada air interface dan arsitektur sistem tanpa melihat sistem yang ada saat ini. Hal ini menyebabkan adanya banyak perubahan, misalnya seperti penggunaan teknologi OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing) sebagai basis air interface pada lapisan akses radio (radio access layer), arsitektur system flat IP (All-IP), level modulasi yang lebih tinggi dan lain-lain.

Jaringan LTE mampu mentransformasi pengalaman pengguna telekomunikasi, memperbarui layanan mobile broadband ke tingkatan baru sehingga kegiatan mobile seperti browsing internet, mengirim email, video sharing, download musik, serta aplikasi-aplikasi lain akan sangat mudah diakses tanpa ada intervensi atau keterlambatan. LTE disiapkan untuk format jaringan seluler yang kekuatannya jauh melebihi dari pada yang sudah ada sekarang baik 3G, HSDPA (high speed downlink packet access) maupun HSUPA (high speed uplink packet access), LTE mampu memberikan downlink puncak harga minimal 100Mbit / s, 50 Mbit / s [1] di uplink dan RAN (Radio Access Network) sepanjang perjalanan waktu kurang dari 10ms. LTE fleksibel mendukung operator bandwidths, dari 20MHz hingga 1.4MHz serta kedua FDD (Frequency Division duplex) dan TDD (Time Division duplex). karena mampu mengalirkan data hingga 100 Mbps untuk downlink dan 50 Mbps untuk uplink.Dengan kecepatan fantastis itu, beragam aplikasi bisa dinikmati lebih cepat dan real-time misalnya untuk game online.

Sementara itu NSN akan meluncurkan sistem LTE yang lengkap, terdiri dari Stasiun Basin Multimode Flexi dengan software definable (BTS). Flexi Mobile Network Gateway dan MME. Dengan BTS ini terjadi penghematan energi, dengan pengiriman biaya lebih murah dan manfaat jauh lebih besar, khususnya bagi BTS-BTS Flexi. “BTS Multimode Flexi software-definable merupakan jalur upgrade ke LTE yang lebih sempurna. Para penyedia layanan bisa mengkompres BTS dengan menggunakan perangkat lunak WCDMA/HSPA, hal ini untuk mendukung konsumen dengan kekuatan sinyal, juga untuk transfer data yang oke, karena BTS nya telah menjadi BTS super canggih. Setelah LTE hadir,maka kualitas kecepatan dan bandwith makin lebih oke dan cepat, pengaplikasian juga cukup mudah, hanya dengan meng- upgrade softwarenya saja.
http://wicaksana.net/blog/2009/04/15/migrasi-cdma-ke-lte
LTE vs WIMAX
Dua teknologi nirkabel yang baru naik daun ini tampak bersaing. WiMAX (Worldwide Interoperability for Microwave Access) lebih dulu lahir daripada LTE (Long Term Evolution). Secara perangkat dan dukungan vendor handset WiMAX lebih siap dibandingkan LTE pada tahun 2009. Sedangkan LTE akan berkembang setelah tahun 2010. Masing-masing teknologi ini oleh International Telecommunications Union (ITU) akan dijadikan kandidat standar jaringan 4G (at least 100 Mbps untuk transfer data) paling tidak pada tahun 2009.

Secara kecepatan LTE unggul diatas WiMAX generasi yang sekarang (IEEE.802.16e). LTE mampu menghadirkan kecepatan downlink hingga 100 Mbps dan uplink 50 Mbps dan dapat dikembangkan hingga 250 Mbps untuk downstream. Akan tetapi kecepatan ini nantinya akan bersaing dengan generasi WiMAX II (IEEE.802.16m) yang akan diperbarui pada tahun 2009. WiMAX II akan berjalan pada mode Mobile dengan speed 100 Mbps dan Fixed hingga 1 Gbps (sesuatu yang luar biasa untuk pertukaran data secara nirkabel). Selain LTE dan WiMAX, ada satu lagi teknologi yang hampir mirip dengan LTE yaitu UMB (Ultra Mobile Broadband) tetapi dasar pengembangannya adalah CDMA. Bahkan UMB ini downstream-nya lebih besar dibandingkan LTE yaitu mencapai 288 Mbps (dengan band 20 Hz).

LTE dikembangkan oleh 3GPP (grup GSM, terutama Ericsson), sedangkan UMB diusulkan oleh 3GPP (grup CDMA 2000, terutama Qualcomm), dan WiMAX II oleh WiMAX Forum (terutama Intel). Untuk lebih jelas nya roadmap evolusi teknologi nirkabel di dunia seperti di bawah ini.
(1) GSM (2G) - GPRS (2.5G) - EDGE - WCDMA (3G) - HSDPA (3.5G) - LTE (4G)
(2) CDMA (2G) - CDMA 2000 - EV-DO (3G) - UMB (4G)
(3) Wi-Fi - Fixed WiMAX - Mobile WiMAX - WiMAX II (4G)

Teknologi 4G seperti LTE dan WiMAX didesain lebih kepada transfer data bukan suara, berbasis jaringan IP dan berdiri di atas teknologi OFDM. Kecepatan yang tinggi pada 4G memungkinkan suara, video, dan data dapat diakses dalam satu perangkat yang praktis. Di masa mendatang, konsumen dijanjikan akan dapat melakukan download dan upload High Definition Video, layanan data berkapasitas besar dan Value Added Service (VAS) seperti interactive gaming, mengakses e-mail dengan attachment besar serta bergabung dalam video conference dimanapun dan kapanpun.

LTE yang merupakan pengembangan dari GSM dan CDMA diprediksi akan mudah melakukan penetrasi ke pasar. Teknologi GSM sudah dipakai secara dominan (80 %) di seluruh belahan dunia. Jaringan GSM dan CDMA sudah sangat luas terutama di kota-kota dunia. Oleh karena itu tidak heran LTE akan memiliki pasar yang lebih besar di banding dengan WiMAX. Akan tetapi teknologi WiMAX lebih ekonomis untuk pengembangan jaringan baru di wilayah-wilayah pedesaan. WiMAX memiliki biaya investasi yang jauh lebih murah dibanding BTS GSM. Jika satu BTS GSM membutuhkan biaya invetasi hingga Rp1 miliar maka jumlah unit yang sama untuk BTS Wimax hanya membutuhkan biaya kira-kira Rp 60 juta saja. Segmentasi pasar pemakaian WiMAX dan LTE sudah jelas. WiMAX akan berjaya di daerah-daerah pedesaan yang sulit dan jarang terdapat BTS. Sedangkan LTE akan berkembang pesat di daerah perkotaan, memanfaatkan jaringan-jaringan BTS yang sudah tersedia.
http://duniaanda.com/wimax-versus-lte


Referensi:
www.drexs.blogspot.com/2009/03/lte-vs-wimax
www.teknopreneur.com
www.techno.okezone.com


 
Copyright © ICT Evolution